“Mereka ingin hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan
mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya
meskipun orang-orang kafir benci.” (QS As-Shaff: 8).
“Jikalau mereka sungguh-sungguh ridha dengan apa yang
diberikan Allah dan Rasul-Nya kepada mereka, dan berkata: ‘Cukuplah Allah
bagi kami, Allah akan memberikan kepada kami sebahagian dari karunia-Nya dan
demikian (pula) Rasul-Nya, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berharap
kepada Allah’, (tentulah yang demikian itu lebih baik bagi mereka).” (QS
At-Taubah: 59).
“Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu
musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin,
sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan
yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya
mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka
ada-adakan.” (QS Al-An’aam: 112).
Berikut ini kumpulan lontaran
tokoh-tokoh liberal hasil pelacakan Adian Husaini, kemudian dikomentari oleh
Hartono Ahmad Jaiz.
Islam Liberal Meruntuhkan Dasar Islam[1]
1. Merusak makna Islam, Iman, mukmin, dan kafir.
2. Mendelegitimasi
(meragukan keabsahan) Mushaf Utsmani dan menawarkan al-Quran Edisi Kritis.
3. Mempersamakan
al-Quran dan Kitab Agama lain.
4. Mendelegitimasi
(meragukan keabsahan) tafsir al-Quran.
5. Meruntuhkan
syari’at Islam.
6. Mengikuti
jejak Yahudi-Kristian.
Program Liberalisasi Islam (Dr. Greg Barton):
1. Pentingnya konstekstualisasi ijtihad.
2.
Komitmen terhadap rasionalitas dan pembaruan.
3.
Penerimaan terhadap pluralisme sosial dan pluralisme agama-agama[2]
4.
Pemisahan agama dari partai politik dan adanya posisi non-sektarian
negara.
Tokoh-tokoh Awal Islam Liberal di Indonesia (Greg Barton):
1. KH Abdurrahman Wahid (tokoh NU –Nahdlatul Ulama dan pernah menjadi presiden Republik Inonesia 1999-2001 yang diturunkan oleh MPR (Majelis Permusyawaratan Rakyat) pimpinan Amien Rais dalam sidangnya, karena kasus dana Bulog (Badan Urusan Logistik). Tokoh yang sbutannya Gus Dur ini dikenal nyeleneh, di antaranya melontarkan bahwa lafal Assalamu’alaikum bisa saja diganti dengan selamat pagi).
2. Prof. Dr. Nurcholish Madjid (alumni Chicago Amerika 1984/1985 dikenal melontarkan gagasan sekularisasi, dan menerjemahkan kalimah syahadat menjadi tiada tuhan (t kecil) selain Tuhan (T besar).
3. Ahmad Wahib (mendiang), (orang HMI –Himpunan Mahasiswa Islam—yang diasuh oleh beberapa pendeta Nasrani kemudian kuliah di Sekolah Tinggi Filsafat-Teologia katolik Driyarkara di Jakarta. Dia sangat liberal dan berfaham semua agama sama, hingga Karl Marx pun surganya sama dengan surga Nabi Muhammad saw).
4. Djohan
Effendi (orang HMI yang resmi menjadi anggota Ahmadiyah di Jogjakarta, dan
memasarkan faham liberal dan pluralisme agama dengan Ahmad Wahib dalam
training-training HMI. Kemudian menyunting buku catatan Harian Ahmad Wahib,
Pergolakan Pemikiran Islam bersama Ismet Nasir keluaran Driyarkara
sebagaimana Ahmad Wahib. Buku itu menggegerkan umat Islam tahun 1982, dan oleh
MUI (Majelis Ulama Indonesia) pimpinan KH Syukri Ghazali dan KH Hasan Basri,
buku itu harus dicabut. Namun buku itu didukung oleh bekas menteri agama, Mukti
Ali, dan surat dari Litbang Departemen Agama dengan alasan bahwa buku itu
ilmiyah. Pemrotes utama selain MUI dan para pemuda Islam adalah Prof Dr HM
Rasjidi mantan menteri agama RI pertama).
Ungkapan-ungkapan Nyeleneh Orang Liberal dan Bantahannya
Prof. Dr. Nurcholish Madjid:
Umat Islam pun diperintahkan untuk senantiasa menegaskan bahwa kita semua, para penganut kitab suci yang berbeda-beda itu, sama-sama menyembah Tuhan Yang Maha Esa, dan sama-sama pasrah (muslimun) kepada-Nya.
Komentar:
Ini satu bentuk penyembunyian kebenaran. Sebab Allah menegaskan dalam Al-Qur’an: “Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula) kepada hari kemudian dan mereka tidak mengharamkan apa yang telah diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah), (yaitu orang-orang) yang diberikan Al Kitab kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk.” (QS At-Taubah: 29).
Dr. Alwi Shihab, Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa:
Prinsip lain yang digariskan oleh Al Quran, adalah pengakuan eksistensi orang-orang yang berbuat baik dalam setiap komunitas beragama dan, dengan begitu, layak memperoleh pahala dari Tuhan.
Komentar:
Ungkapan itu bertentangan dengan ayat-ayat Allah: “ Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi. (QS Ali Imran: 85).
“Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata:
‘Sesungguhnya Allah adalah Al Masih putera Maryam’, padahal Al Masih (sendiri)
berkata: ‘Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu’. Sesungguhnya
orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah
mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi
orang-orang zalim itu seorang penolongpun. (QS Al-Maaidah: 72).)
Muhammad Ali, Pengajar di Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Jakarta:
Ayat-ayat surat Ali Imran: 19 dan 85 harus ditafsirkan dalam kerangka pluralisme, yakni "Islam" di dalam ayat itu, harus diartikan sebagai "agama penyerahan diri" .
Komentar:
Ungkapan itu bertentangan dengan sabda Nabi saw:
Hadits dari Abi Hurairah dari Rasulullah saw bahwa beliau
bersabda, Demi Dzat yang jiwa Muhammad ada di Tangan-Nya, tidaklah mendengar
padaku seseorang dari umat ini, baik dia itu Yahudi ataupun Nasrani, kemudian
dia mati dan tidak beriman dengan (Islam) yang aku diutus dengannya kecuali dia
termasuk penghuni-penghuni neraka.” (HR Muslim).
Prof. Dr. KH Said Aqiel Siradj, Ketua Syuriah Nahdlatul Ulama:
Agama yang membawa misi Tauhid adalah Yahudi, Nasrani (Kristen) dan Islam.
Komentar:
Perkataan itu bertentangan dengan ayat:
“Orang-orang Yahudi berkata: ‘Uzair itu putera Allah’ dan
orang Nasrani berkata: ‘Al Masih itu putera Allah’. Demikian itulah ucapan
mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang
terdahulu. Dilaknati Allah-lah mereka; bagaimana mereka sampai berpaling?” (QS
At-Taubah: 30).
Ulil Abshar Abdalla, Kordinator JIL (Jaringan Islam Liberal):
Semua agama sama.
Semuanya menuju jalan kebenaran.
Jadi, Islam bukan yang paling benar.
Komentar:
Ungkapan
itu bertentangan dengan ayat:
“Barangsiapa
mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima
(agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.”
(QS Ali Imran; 85).
“Kebenaran
itu adalah dari Tuhanmu, sebab itu jangan sekali-kali kamu termasuk orang-orang
yang ragu.” (QS Al-Baqarah: 147).
“Maka tidak ada sesudah kebenaran itu, melainkan
kesesatan. Maka bagaimanakah kamu dipalingkan (dari kebenaran)?” (QS Yunus:
32).)
Sukidi, Direktur Eksekutif Pusat Studi Agama dan Peradaban Pimpinan Pusat Muhammadiyah:
Bangunan epistemologis teologi inklusif Cak Nur (Nurkholis Madjid) diawali dengan tafsiran al-Islam sebagai sikap pasrah ke hadirat Tuhan. Kepasrahan ini, menjadi ciri pokok semua agama yang benar. Inilah world view Al Quran, bahwa semua agama yang benar adalah al-Islam…
Komentar:
Ya, tetapi Al-Qur’an tidak seperti yang dimaui Nurcholish. Al-Qur’an menegaskan, ahli kitab [Yahudi dan Nasrani] -yang tidak mau masuk Islam yang dibawa Nabi Muhammad saw- itu kafir:
“Sesungguhnya orang-orang kafir yakni ahli Kitab
dan orang-orang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di
dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk.” (QS Al-Bayyinah: 6).
Dr. Djalaluddin Rakhmat, orang Bandung yang menyebut dirinya Susi, Sunni-Syi’ah (satu sebutan yang sangat aneh):
Dalam Al-Qur’an, kata kafir tidak pernah didefinisikan sebagai kalangan nonmuslim. Definisi kafir sebagai orang nonmuslim hanya terjadi di Indonesia saja.
Komentar:
Perkataan tokoh Syi’ah yang tidak berterus terang dirinya Syi’ah ini bertentangan dengan ayat:
“Patutkah menjadi keheranan bagi manusia bahwa Kami
mewahyukan kepada seorang laki-laki di antara mereka: ‘Berilah peringatan
kepada manusia dan gembirakanlah orang-orang beriman bahwa mereka mempunyai
kedudukan yang tinggi di sisi Tuhan mereka’. Orang-orang kafir berkata:
‘Sesungguhnya orang ini (Muhammad) benar-benar adalah tukang sihir yang
nyata’…” (QS Yunus: 2)
Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, Pengajar di Fakultas Usuluddin Universitas Islam Negeri Jakarta (14 Jun 2000):
Di masa Nabi Muhammad saw, orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak dikatakan sebagai kafir, tetapi disebut ahlul kitab.
Komentar:
Perkataan ini bertentangan dengan ayat:
“Orang-orang Yahudi berkata: ‘Uzair itu putera Allah’ dan orang Nasrani berkata: ‘Al Masih itu putera Allah’. Demikian itulah ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Dila`nati Allah-lah mereka; bagaimana mereka sampai berpaling?” (QS At-taubah: 30).
“Mereka menjadikan orang-orang
alimnya, dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah, dan (juga mereka
mempertuhankan) Al Masih putera Maryam; padahal mereka hanya disuruh menyembah
Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha
Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.” (QS At-taubah: 31).
“Mereka berkehendak memadamkan
cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tidak
menghendaki selain menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang yang
kafir tidak menyukai.” (QS At-Taubah: 32).
“Orang-orang kafir” dalam ayat itu penekanan pembicaraan
ayat sebelumnya jelas Yahudi dan Nasran, jadi siapa lagi kalau bukan mereka.
Juga tegas-tegas Allah menyebutkan:
“Sesungguhnya orang-orang kafir yakni ahli Kitab dan
orang-orang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya.
Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk.” (QS Al-Bayyinah: 6).
Prof. Dawam Rahardjo, Wakil Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah:
Ahmadiyah (golongan yang mengakui Mirza Ghulam Ahmad sebagai Nabi selepas Rasulullah) sama dengan kita.... Jadi kita tidak bisa menyalahkan atau membantah akidah mereka, apapun akidah mereka itu.
Komentar:
Ungkapan Dawam itu menyalahi Al-Qur’an:
“Muhammad
itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi
dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha
Mengetahui segala sesuatu.” (QS Al-Ahzaab: 40).
Dan bertentangan dengan hadits:
1092. Hadis Abu Hurairah r.a: Nabi
s.a.w bersabda: “Segala urusan Bani Israel diatur oleh para Nabi. Apabila
seseorang Nabi itu meninggal dunia, dia digantikan oleh seorang Nabi yang lain.
Tetapi sesungguhnya tidak akan ada Nabi sesudahku. Pada suatu ketika
nanti akan muncul Khalifah. Para Sahabat bertanya: ‘Apakah yang anda
perintahkan kepada kami?’ Nabi s.a.w menjawab: ‘Patuhilah pelantikan
khalifah yang pertama, kemudian yang seterusnya. Penuhilah hak-hak mereka,
sesungguhnya Allah akan menanyakan tentang apa yang telah dipertanggungjawabkan
kepada mereka’...” (HR Muttafaq ‘alaih).
Ahmad Baso, aktivis Jaringan Islam Liberal, tokoh muda NU:
Mushaf Utsmani adalah konstruk Quraisy terhadap al-Qur'an dengan mengabaikan sumber-sumber Mushaf lainnya.
Komentar:
Ini salah satu hujatan terhadap
para sahabat Nabi Muhammad saw tanpa bukti ilmiah dan akhlaq baik, sekaligus
untuk menanamkan racun keraguan terhadap kemurnian Al-Qur’an. Allah-lah yang
akan menghakiminya bila penguasa di dunia tidak mau.
Taufik Adnan Amal, Pengajar Ulumul Qur’an di IAIN (Institut Agama Islam Negeri) Alaudin Makasar:
… proses tersebut (pembukuan Mushaf Utsmani) masih meninggalkan sejumlah masalah mendasar, baik dalam ortografi teks maupun pemilihan bacaannya, yang kita warisi dalam mushaf tercetak dewasa ini
Komentar:
Yang memiliki sejumlah masalah
mendasar bukan pembukuan Mushaf Utsmani, tetapi otak pelontar ini sendiri yang
telah dicocok hidungnya oleh para orientalis Yahudi dan Kristen yang anti
Islam. Padahal mereka sudah mencari-cari masalah yang ingin mereka sebarkan
untuk meragukan kemurnian Al-Qur’an sejak berlama-lama tidak berhasil, maka
kini punya murid dari kalangan yang mengaku dirinya Muslim, maka gembiralah
mereka. Hanya saja, kenapa untuk menggembirakan orang yang anti Islam, mesti
mengorbankan keilmuan dan keyakinan. Itulah masalahnya yang mendasar, dan lebih
drastis ketimbang sekadar apa yang ia sebut sejumlah masalah mendasar.
Ulil Abshar Abdalla, Koordinator Jaringan Islam Liberal:
Menurut saya, tidak ada yang disebut "hukum Tuhan" dalam pengertian seperti difahami kebanyakan orang Islam. Misalnya, hukum Tuhan tentang pencurian, jual beli, pernikahan, pemerintahan, dsb.
Komentar:
Ungkapan ini mengingkari ayat Al-Qur’an, hadits Nabi saw, dan pernikahan yang dia lakukan sendiri pula, yang tentu saja memakai hukum Islam, yaitu hukum Allah swt yang dibawa Nabi Muhammad saw. Kalau dia nanti mati, mau dikubur dengan cara apa, kalau tidak mengakui adanya hukum Tuhan?
Hukum Tuhan dia anggap tidak ada, tetapi perkataan orang-orang kafir pun dia kais-kais sebagai landasan dalam berbicara dan menulis. Padahal, menirukan perkataan orang kafir itulah kecaman berat yang difirmankan Allah swt dalam surat Al-Bara’ah atau At-Taubah. Nama surat al-Bara’ah itu sendiri sudah mengandung makna “lepas diri” tidak mau cawe-cawe terhadap kafirin, yaitu Ahli Kitab dan musyrikin plus munafiqin. Tetapi mengapa justru orang-orang yang wajib dibaro’ahi itu oleh Ulil Abshar Abdalla dan sindikatnya dijadikan boss, pemberi dana, pengarah, pembimbing, dan pemberi petunjuk; hingga perkataan nenek moyangnya yang menentang Allah swt pun dikais-kais untuk dimunculkan sebagai racun terhadap umat Islam? Betapa keblingernya ini.
Kalau orang atheis tidak mengakui adanya Tuhan, maka orang yang menirukannya cukup mengatakan, tidak ada hukum Tuhan.
Kalau orang bertauhid meyakini bahwa Tuhan itu hanya satu,
maka orang musyrik menambahnya menjadi dua, tiga, dan banyak. Sebaliknya orang
atheis meniadakan Tuhan sama sekali.
Akibatnya, orang bertauhid mengikuti hukum Allah swt apa
adanya. Orang musyrik menambah-nambah dan membuat-buat hukum semau mereka,
sedang orang yang tidak percaya Allah maka mereka menganggap hukum Allah tidak
ada, lalu mereka membuat sendiri atau menirukan kafirin terdahulu dan menolak hukum
apa saja yang dari Allah swt.
Jadi, kesimpulannya hanyalah menolak hukum Allah, sambil
mengais-ngais apa saja yang dari kafirin. Tentu saja setelah duitnya.
Sialnya, kemungkinan nanti dia tidak ke sana tidak ke sini –laa
ilaa haaulaa’ walaa ilaa haa ulaa’ . Pihak kafirin tidak percaya kepadanya,
sedang pihak mukminin pun marah kepadanya. Tragis benar!
Ulil Abshar Abdalla:
Larangan kawin beda agama, dalam hal ini antara perempuan Islam dengan lelaki non-Islam, sudah tidak relevan lagi.
Apakah Ulil mendapatkan mandat dari Allah swt untuk membatalkan ayat-ayat Allah? Di antaranya QS Al-Mumtahanah/60: 10 dan QS Al-Baqarah 221. Padahal jelas sudah tidak ada nabi lagi sesudah Nabi Muhammad saw. Jadi Ulil sedang menangkringkan dirinya sebagai “Tuhan”?
Allah Ta’ala berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, apabila datang berhijrah
kepadamu perempuan-perempuan yang beriman, maka hendaklah kamu uji (keimanan)
mereka. Allah lebih mengetahui tentang keimanan mereka; maka jika kamu telah
mengetahui bahwa mereka (benar-benar) beriman maka janganlah kamu kembalikan
mereka kepada (suami-suami mereka) orang-orang kafir. Mereka tiada halal bagi
orang-orang kafir itu dan orang-orang kafir itu tiada halal pula bagi mereka.
Dan berikanlah kepada (suami-suami) mereka mahar yang telah mereka bayar. Dan
tiada dosa atasmu mengawini mereka apabila kamu bayar kepada mereka maharnya.
Dan janganlah kamu tetap berpegang pada tali (perkawinan) dengan
perempuan-perempuan kafir; dan hendaklah kamu minta mahar yang telah kamu
bayar; dan hendaklah mereka meminta mahar yang telah mereka bayar. Demikianlah
hukum Allah yang ditetapkan-Nya di antara kamu. Dan Allah Maha Mengetahui lagi
Maha Bijaksana.” (QS Al-Mumtahanah/ 60: 10).
“Dan janganlah kamu nikahi wanita-wanita musyrik, sebelum
mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mu'min lebih baik dari wanita
musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang
musyrik (dengan wanita-wanita mu'min) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya
budak yang mu'min lebih baik dari orang musyrik walaupun dia menarik hatimu.
Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan
izin-Nya. Dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada
manusia supaya mereka mengambil pelajaran.” (QS Al-Baqarah: 221).
Prof. Dawam Rahardjo, Wakil Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Presiden III-T Indonesia:
“… menurut hemat saya, Ulil justru mengangkat wahyu Tuhan di atas syariat.”
Komentar:
Bukan mengangkat wahyu Tuhan, tetapi mengangkat dirinya sendiri disejajarkan dengan Tuhan. Sedang yang mendukungnya ini ingin memisahkan syari’at dengan wahyu. Jadi sama-sama rusaknya, saling dukung mendukung.
Dr. Zainun Kamal, pengajar Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Jakarta:
“Hanya sebahagian ulama yang berpendapat muslimah haram menikah dengan non-muslim.”
Komentar:
Ulama tidak berpendapat pun Al-Qur’an dan Hadits sudah ada. Ulama pun faham bahwa tidak ada ijtihad mengenai yang sudah ada nashnya (teks ayat atau hadits yang sudah jelas dan tegas maknanya). Ayatnya sudah jelas:
“Hai orang-orang yang beriman, apabila datang berhijrah
kepadamu perempuan-perempuan yang beriman, maka hendaklah kamu uji (keimanan)
mereka. Allah lebih mengetahui tentang keimanan mereka; maka jika kamu telah
mengetahui bahwa mereka (benar-benar) beriman maka janganlah kamu kembalikan
mereka kepada (suami-suami mereka) orang-orang kafir. Mereka tiada halal
bagi orang-orang kafir itu dan orang-orang kafir itu tiada halal pula bagi
mereka. Dan berikanlah kepada (suami-suami) mereka mahar yang telah mereka
bayar. Dan tiada dosa atasmu mengawini mereka apabila kamu bayar kepada
mereka maharnya. Dan janganlah kamu tetap berpegang pada tali (perkawinan)
dengan perempuan-perempuan kafir; dan hendaklah kamu minta mahar yang telah kamu
bayar; dan hendaklah mereka meminta mahar yang telah mereka bayar. Demikianlah
hukum Allah yang ditetapkan-Nya di antara kamu. Dan Allah Maha Mengetahui lagi
Maha Bijaksana.” (QS al-Mumtahanan/ 60: 10).
Dr. Muslim Abdurrahman, tokoh Muhammadiyah:
Korban Pertama dari Penerapan Syari’at Adalah Perempuan.
Komentar:
Ini sama dengan menuduh Allah
swt yang mensyari’atkan syari’at untuk manusia itu zhalim. Perkataan itu sangat
terlalu. Kalau Allah dianggap dhalim, apakah justru syetan yang adil?
“Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum)
siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?”
(QS Al-Maaidah: 50).
Orang yang “tidak doyan”
syari’at model ini kalau buang air apakah tidak cebok? Dan kalau cebok, mungkin
merasa dirinya jadi korban syari’at. Lantas kalau dirinya mati nanti, menurut
Adian Husaini, dipersilakan jasad model orang yang menolak ditegakkannnya
syari’at itu agar dicantelkan saja di pohon, tidak usah dikubur. Karena
menguburkan jenazah itu termasuk bagian dari syari’at.
KH Abdurrahman Wahid:
Bagi saya, peringatan Natal (Krismas) adalah peringatan kaum Muslimin juga. Kalau kita konsekuen sebagai seorang Muslim merayakan hari kelahiran Nabi Muhammad saw, maka adalah harus konsekuen merayakan malam Natal.
Komentar:
Pernyataan Gus Dur itu waktu dia jadi presiden RI. Meskipun presiden, kalau menyalahi Islam ya tetap salah.
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil
orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin (mu); sebahagian
mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu
mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk
golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang
yang zhalim.” (QS Al-Maaidah: 51).
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu jadikan
bapak-bapak dan saudara-saudaramu pemimpin-pemimpinmu, jika mereka lebih
mengutamakan kekafiran atas keimanan dan siapa di antara kamu yang menjadikan
mereka pemimpin-pemimpinmu, maka mereka itulah orang-orang yang zalim. (QS
At-Taubah: 23).
“Barangsiapa menyerupai dengan
suatu kaum maka dia termasuk (golongan) mereka.” (HR Abu Daud, kata As-Sakhowi
ada yang dha’if tapi punya syawahid/ saksi-saksi. Ibnu Taimiyyah berkata,
sanadnya jayyid/ baik. Ibnu Hajar dalam kitab Fathul Bari berkata, sanadnya
hasan/ bagus).
Ucapan Abdullah bin Amru bahwa
ia berkata: “Barangsiapa membangun di bumi musyrikin dan membuat nairuz dan
mahrojan mereka (upacara hari-hari besar kafirin/ musyrikin) dan
menyerupai dengan mereka sehingga mati maka dia akan dikumpulkan bersama mereka
(musyrikin) di hari Kiamat.” (Sunan
Al-Baihaqi al-Kubro, lihat Aunul Ma’bud syarah Sunan Abi Dawud, dan Faidhul
Qadir).
Prof. Dr. M. Amin Abdullah, Ketua Majlis Tarjih Muhammadiyah, bekas rektor IAIN Jogjakarta:
“Tafsir-tafsir
klasik Al-Quran tidak lagi memberi makna dan fungsi yang jelas dalam kehidupan
umat.”
Komentar:
Ini mengingkari ilmu. Sebab tafsir-tafsir klasik itu menyampaikan
warisan ilmu dari Nabi Muhammad saw yang disampaikan kepada para sahabat,
diwarisi tabi’in, lalu tabi’it tabi’in, yang kemudian diwairisi para ulama.
Dengan cara menafikan makna dan fungsi tafsir-tafsir klasik Al-Qur’an, maka
sebenarnya yang akan dibabat justru Al-Qur’annya itu sendiri. Karena kalau umat
Islam sudah menafikan tafsir-tafsir klasik Al-Qur’an, maka tidak tahu lagi mana
makna yang rajih (kuat) dan yang marjuh (lemah) dalam mengetahui isi Al-Qur’an. Di samping itu, masih mengingkari keadaan
manusia. Seakan-akan manusia sekarang ini bukanlah manusia model dulu,
tetapi makhluq yang baru sama sekali, tidak ada sifat-sifat kesamaan dengan
manusia dulu. Padahal, dari dulu sampai sekarang, dan insya Allah sampai nanti,
ciri-ciri dan sifat-sifat manusia itu sama. Yang munafiq ya ciri-ciri dan
sifat-sifatnya sama dengan munafiq zaman dulu. Yang kafir pun demikian.
Sedang yang mu’min sama juga ciri dan sifatnya dengan mu’min zaman dulu. Maka
Allah telah mencukupkan Islam sebagai agama yang Dia ridhai, dan Al-Qur’an
menjadi pedoman sepanjang masa, karena manusia zaman diturunkannya Al-Qur’an
itu sifatnya sama dengan zaman sekarang ataupun nanti. Tinggal tergolong yang
mana? Mu’min, munafiq atau kafir. Hanya itu.
Apalagi hanya tafsirnya, sedang Al-Qur’annya itu sendiri tidak
menambah apa-apa kecuali menambah kerugian bagi orang-orang dhalim, dan
menambah larinya orang-orang kafir dari kebenaran, memang.
Allah swt
berfirman:
“Dan Kami
turunkan dari Al-Qur'an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang
yang beriman dan Al Qur'an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim
selain kerugian.” (QS Al-Israa’: 82).
“Dan
sesungguhnya dalam Al Qur'an ini Kami telah ulang-ulangi
(peringatan-peringatan), agar mereka selalu ingat. Dan ulangan peringatan itu
tidak lain hanyalah menambah mereka lari (dari kebenaran).” (QS Al-Israa’: 41).
[1]
Adian Husaini (Institute for the Study of Islamic Thought and Civilization,
Kuala Lumpur Malaysia) mengumpulkan lontaran-lontaran para tokoh liberal ini
kemudian dia sampaikan dalam workshop Pemikiran dan Peradaban Islam –Tantangan
Sekulerisasi dan Liberalisasi di Dunia Islam. Acara ini diikuti 100-an peserta
dari Jakarta dan berbagai kota lainnya, bertempat di Graha Insan Cita,
Cimanggis Depok, 27-29 Februari 2004.
Kemudian komentar terhadap kutipan-kutipan tokoh nyeleneh dan liberal
dalam teks ini dibuat oleh Hartono Ahmad Jaiz.
[2]
Pluralisme agama adalah menyejajarkan semua agama, hingga Islam agama Tauhid
disejajarkan dan disamakan dengan agama-agama kemusyrikan. Bahkan memandang
agama kemusyrikan pakai agama Islam saja tidak dibolehkan. Padahal, yang
menentukan benar dan salahnya agama itu Allah swt dengan mengutus utusan-Nya,
yang terakhir yaitu Nabi Muhammad saw untuk membawa dan menyampaikan wahyu
berupa Al-Qur’an dan As-Sunnah kepada seluruh manusia. Bagaimana kalau untuk
mengetahui sesatnya agama kemusyrikan tidak boleh pakai Islam, berarti tidak
boleh merujuk apalagi memberlakukan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Ini berarti memberangus
Islam terang-terangan. Itulah yang dalam istilah Al-Qur’an disebut: Mereka
ingin hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan)
mereka, dan Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-orang kafir
benci. (QS As-Shaff: 8). Anehnya, orang-orang yang berfaham
pluralisme agama itu masih mengaku dirinya Islam, walau diembel-embeli menjadi
Islam liberal. Padahal fahamnya itu sendiri mengandung penafian Islam dan
memadamkan Islam. Maka belang mereka pun mereka tonjolkan sendiri, ada cover
majalah Syir’ah salah satu kelompok model mereka, bunyinya: “Orang bisa
religius tanpa religi”. Betapa keblingernya. Masa, orang bisa agamis tanpa
agama. Demikianlah kelompok yang memain-mainkan agama yang pada hakekatnya
adalah penghancur Islam. Musuhilah mereka, karena mereka sudah jelas memusuhi
Allah dengan memlintir-mlintir agama Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar